Kamis, 25 September 2008

Ketika Ramadhan Berlalu

Hampir genap sebulan Ramadhan menghampiri kita. Umat Islam menyambut dengan suka cita. Banyak yang memperbaiki penampilan menjadi lebih sopan. Pergaulan juga dibatasi dengan dalih sedang berpuasa dan menahan nafsu. Banyak yang memperbanyak amal ibadahnya. Memperbanyak sholat berjama’ah, tilawah kalau bisa khatam qur’an sekali atau bahkan dua kali, sedekah dan zakat tak lupa dikeluarkan, tiap hari sholat tarawih di masjid, memperbanyak amalan sunnah dan sholat malam. Mereka berlomba-lomba untuk memperbanyak amal ibadah dan memperbaiki diri karena Ramadhan adalah bulan penuh berkah dan rahmat.
Dan ketika Ramadhan berlalu, apa yang terjadi? Banyak dari kita yang kembali pada kebiasaan masing-masing. Penampilan buka-bukaan, pergaulan tidak ada batasnya. Amal ibadah pun berkurang kadarnya. Pergi ke masjid kalau tidak malas, tilawah cukup satu lembar sehari, sedekah dan zakat pun dikeluarkan kalau tidak lupa, amalan sunnah dan sholat malam pun mulai ditinggalkan. Lantas apa gunanya memperbanyak amal ibadah di bulan Ramadhan jika di bulan selain Ramadhan kita menyepelekan amal ibadah kita? Apakah kita memperbanyak amal ibadah hanya karena Allah melipatgandakan pahala di bulan Ramadhan, lantas kita bisa bermalas-malasan di bulan yang lain karena Allah tidak melipatgandakan pahala di luar bulan Ramadhan. Pada hakekatnya, tanpa pemahaman tuntunan syariat puasa, hakikat puasa dan nilai-nilai puasa, puasa yang dijalani tidak akan memberi pengaruh yang positif yaitu berupa peningkatan taqwa dan hanya menjadi rutinitas belaka yang tidak ada manfaatnya, sehingga kita hanya menjadi orang-orang yang merugi. Seperti hadist Rasulullah, “Berapa banyak orang yang berpuasa, hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah)
Seseorang yang dianggap sukses adalah yang bisa membawa semangat ruhiyah Ramadhan pada sebelas bulan yang lain, yaitu yang bisa melaksanakan konsistensi beramal saleh dan menjaga pengendalian diri. Jadi tidak hanya di bulan Ramadhan saja. Maka ketika Ramadhan berlalu, kita bisa mempertahankan kualitas amal ibadah dan pengendalian diri kita di luar bulan Ramadhan seperti kita laksanakan di bulan Ramadhan. Bahkan kita harus selalu memperbaiki diri tidak hanya di bulan Ramadhan saja, baik itu menyangkut penampilan, pergaulan maupun amal ibadah kita. Mengenai siapa-siapa yang sukses di bulan Ramadhan hanya Allah yang mengetahui tingkatan taqwa seseorang. Kita hanya berusaha untuk meningkatkan ketaqwaan kita tidak hanya di bulan Ramadhan namun juga di sebelas bulan yang lain. “Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertaqwa.” (QS An Najm : 32)
Pada akhirnya, tulisan diatas adalah muhasabah untuk diri saya sendiri. Semoga saya bisa mempertahankan semangat ruhiyah Ramadhan di luar bulan Ramadhan sehingga saya bisa selalu memperbaiki diri. Semoga Allah memberi kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadhan yang akan datang. Amien.
Ramadhan berlalu, dan umat Islam akan menyambut datangnya hari yang fitri. Tak lupa saya mengucapkan Taqabbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa shiyamakum, Kullu ‘amin wa antum bi khoir (Semoga Allah menerima amal kami dan amal anda, puasa kami dan puasa anda, semoga kita semua senantiasa dalam kebaikan), amien. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1428 H, MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN ATAS SEGALA SALAH DAN KHILAF 
Mujianto