Sabtu, 09 Agustus 2008

ALAM SEMESTA

Suatu malam Rasulullah SAW meminta izin kepada istrinya, Aisyah, untuk shalat malam. Dalam shalatnya, beliau menangis. Air matanya mengalir deras. Beliau terus beribadah hingga sahabat Bilal mengumandangkan azan Subuh. Beliau masih menangis saat Bilal datang menemuinya. ''Mengapa Tuan menangis?'' tanya Bilal. ''Bukankah Allah telah mengampuni dosa-dosa Tuan baik yang lalu maupun yang akan datang?''  
Nabi menjawab, ''Bagaimana aku tidak menangis, telah diturunkan kepadaku malam tadi ayat ini, 'Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang ada tanda-tanda bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri atau duduk atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.'' (Ali 'Imran: 190-191).
Selanjutnya Rasullullah berkata: 
"Alangkah rugi dan celakanya orang-orang yang membaca ini dan tidak memikir dan merenungkan kandungan artinya"

Alam semesta, menunjuk kepada dua ayat di atas, adalah ayat, yaitu tanda atau rambu bagi sujud dan kuasa Allah. Sebagai ayat, alam semesta ini harus dibaca dan dipelajari hingga menimbulkan iman dan kekaguman (khasy-yah) yang makin besar kepada al-Khaliq. Nabi pernah memberikan arahan agar manusia tidak memikirkan Zat Allah, tetapi cukup merenungkan alam ciptaan-Nya. Kata beliau, ''Pikirkanlah ciptaan Allah, dan jangan memikirkan Zat Allah.''
Jadi, ayat-ayat Allah itu ada dua macam. Pertama, ayat-ayat berupa Kitab Suci (qauliyah). Kedua, ayat-ayat berupa alam semesta sebagai ciptaan Allah (kauniyah). Menurut filsuf Muslim, Ibn Rusyd, alam semesta justru merupakan ayat-ayat Allah yang pertama. Dikatakan demikian, karena sebelum Allah SWT menurunkan Kitab Taurat, Injil, dan Alquran, Allah telah menciptakan alam jagat raya ini. Karena alam adalah ayat, maka sebagaimana sepotong firman adalah ayat, maka sejengkal alam juga ayat. 
Sebagai ayat, alam ini selalu bergerak memenuhi tujuan penciptaan. Karena itu, penelitian terhadap alam diduga kuat dapat mengantar manusia menemukan dan meyakini wujud Allah dan kuasa-Nya. Sebagai ayat, alam ini juga mengandung hukum-hukum Allah yang dalam terminologi Alquran dinamakan takdir dan sunatullah. 
Takdir merupakan hukum-hukum Allah yang diberlakukan pada alam fisik (makrokosmos), sedangkan sunatullah merupakan hukum-hukum Allah untuk alam sosial (mikrokosmos). Sebagai hukum-hukum Allah, keduanya, takdir maupun sunatullah, mengandung kepastian dan determinasi. Manusia, karenanya, tidak mungkin dan tidak dapat melawannya. 
Manusia, tidak bisa tidak, harus meneliti dan mempelajari alam dan fenomena alam agar mengenali hukum-hukum Allah yang terkandung di dalamnya. Pengenalan terhadap hukum-hukum Allah itu, dengan sendirinya, akan mendatangkan kemudahan dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia di muka bumi. Alam semesta dengan begitu benar-benar menjadi rahmat dan nikmat, bukan menjadi laknat dan petaka bagi umat manusia.
Wallahu a'lam.
Mujianto 

BANGKITNYA UMAT DENGAN ISLAM

Berbicara tentang kebangkitan, berarti berbicara tentang usaha masyarakat untuk keluar dari keterpurukan yang selama ini melanda.Berbagai upaya yang telah di lakukan,namun hasil yang di peroleh tidak mampu membangkitkan umat secara keseluruhan. Lantas apa yang mesti di lakukan untuk meraih kebangkitan ? kebangkitan apa pula yang di inginkan untuk mengubah keadaan yang ada saat ini? 
kebangkitan yang paling mendasar adalah kebangkitan dari segi pemikiran.Ini berarti, harus ada upaya mengubah pemikiran/cara berfikir masyarakat yang ada saat ini tentang segala hal yang terkait dengan seluruh aspek yang menjadi pokok permasalahan. Dengan berubahnya pemikiran masyarakat, berubah pula pemahaman yang nantinya akan mengubah perilaku.
saat ini pemikiran masyarakat dicekoki dengan ide-ide pemisahan agama dari kehidupan (sekulerisme). Masyarakat abahkan mendudukkan fungsi Tuhan (agama) pada wilayan pribadi saja (ibadah mahdah), sedangkan untuk persoalan kemasyarakatan Tuhan (agama) dianggap tidak memiliki andil. inilah kesalahan berfikir masyarakat kita saat ini yang pada akhirnya menjadikan mereka senantiasa terkungkung dengan persoalan yang tidak bekesudahan.
Hal lain yang menjadi faktor kebangkitan adalah bersatunya umat Islam untuk meraih kebangkitan. Ketika umat Islam besatu maka dijamin akan menghimpun kekuatan yang sangat besar untuk mengalahkan negara adikuasa (AS). Saat ini selayaknya umat Islam menyatukan barisan langkah untuk menghimpun kekuatan dengan menjadikan Islan sebagai kepemimpinan berfikir dan menjadikan institusi Islam (Khilafah) sebagai payaung kekuasaan. Hanya dengan adidaya Islamlah, yakni khilafah, yang akan mampu melawan negara sekutu-sekutunya yang selama ini terbukti menjadi otak dari keterpurukan umat yang tejadi.
Lagi pula ALlah telah menerangkan dalam QS ar-Ra'd ayat 11: sesunguhya Allah tidak akan merubah keadaan seuatu kaum sebelun kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka. Jadi, ketika masyarakat ingin mengubah kondisinya maka sepantasnyalah mereka berusaha untuk bangkit dengan Islam sebagai kepemimpinan berfikir dan Negara Islam sebagai kekuatan.
wassalam a'lam bi ash-shsawab.
Mujianto