Rabu, 21 Januari 2009

Rakyat AS Rayakan Tumbangnya Pemerintahan Iblis Bush

Ketika George W Bush sedang bersiap-siap meninggalkan kursi kepresidenannya, ratusan pengunjuk rasa berkumpul di depan Gedung Putih sambil melemparkan sepatu mereka sebagai tanda perpisahan kepada mantan kepala Negara yang dituduh sebagai salah satu dalang pembantaian berantai di Gaza.
Tidak banyak yang berkumpul untuk larut dalam “perayaan” pelepasan iblis Bush tersebut.
“Presiden Bush telah melepaskan tanggung jawabnya atas kekerasan yang diciptakannya, dan saya harap pemerintahan baru AS dapat mengatasinya”, kata Jamilla El-Shafei, salah satu pengunjuk rasa. Protes tersebut juga sebagai tanda simpati terhadap seorang wartawan Irak yang telah berani melemparkan sepatunya kearah Bush dalam jumpa persnya di Irak pada 14 Desember lalu.
El-Shafei membawa gambar Nazi Bush setinggi delapan meter ke pusat-pusat wisata, dan mengajak para aktivis dan turis untuk melemparkan sepatu mereka ke gambar tersebut.
Lalu ratusan pengunjuk rasa melanjutkan pawai mereka hingga ke depan Gedung Putih, dan melemparkan sepatu mereka ke arah gerbang gedung tersebut.
Jay Marx, salah seorang aktivis Pusat Perdamaian Washington, melakukan aksi yang tidak kalah berani. Dia mendekati gerbang Gedung Putih sambil menyebut Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney sebagai penjahat perang.
“Kalian telah membunuh ribuan orang tak berdosa, namun tanpa hasil apapun! Kalian buang-buang waktu saja!”, teriaknya yang diikuti teriakan ratusan pengunjuk rasa lainnya.
Seorang wanita yang mengenakan pakaian Grim Reaper juga terlihat sibuk berlarian di jalanan sambil berfoto dengan orang-orang yang ditemuinya.
“Saya benci Bush bahkan sebelum semua masalah ini!”, terpampang jelas dalam salah satu spanduk.
“Seluruh penduduk AS telah memberikan surat pengusiran terhadap iblis Bush”, kata Diamond Dar, seorang penduduk Arizona.
“Sebagai penduduk asli Amerika, kami tidak pernah mempercayai pemerintahan karena merekalah yang dulu pernah menjajah nenek moyang kami”, katanya ketus, meski dia mengakui berharap adanya perubahan dalam pemerintahan Obama.
Sedang di pedalaman Washington, seorang pengunjuk rasa berdiam diri diantara lalu lintas manusia sambil membawa spanduk bertuliskan “Hakimi Bush!”.
Bartholomew Jackson, 17 tahun, mengungkapkan keinginannya untuk membawa Bush ke meja hijau karena telah mengadu domba pasukan AS dan Irak.
Di beberapa blok dari Gedung Putih, terlihat beberapa orang mengenakan pakaian berwarna orange sehingga menyerupai tahanan Guantanamo. Mereka terus menerus berputar-putar sambil membawa spanduk bertuliskan, “Hakimi Bush!” dan “Tidak Ada Kejahatan Yang Boleh Terlepas”.
Dan beberapa orang yang sebelumnya hanya berlalu lalang secara spontan menjadi bagian dari lautan pengunjuk rasa yang mulai membesar.
“Bush telah menggunakan cara yang licik untuk membantai orang-orang tak berdosa”, kata Gary Brooks, seorang dokter Afro-Amerika separuh baya guna menyaksikan pelantikan Obama. “Cara patriotik AS telah lama mati”.
“Perang Irak adalah perang untuk menguasai minyak”, kata Derrick Buckingham, seorang analisis keamanan computer. “Dan masalah ini akan berakhir pada masa pemerintahan Obama”.
Nampaknya “perayaan” tersebut juga terjadi di beberapa belahan dunia lainnya. Seperti beberapa waktu lalu, ratusan penduduk Pakistan berkumpul sambil membawa spanduk bergambar Bush dalam bentuk sepatu. (swaramuslim.com)

Surat Jeritan Tangis Dari Gaza untuk Umat Islam Dunia

Seorang Ibu di Gaza, yang dua pekan lalu sempat diwawancarai oleh saluran televisi, Islam Channel - UK. Ketika beliau diwawancarai, saudara kita yang bernama Umm Taqi ini harus menyabung nyawanya karena bom sewaktu waktu bisa meluluhlantakkan rumahnya.... Hari Ahad lalu, 17/01/2009, surat dari beliau dibacakan di depan ribuan demonstran di Marble Arch, London. Pada malam harinya dibacakan kembali dalam sebuah show yang berjudul Muslimah Dilemma di Islam Channel.
Assalamualaikum,
Saudaraku muslim dan muslimah, dalam kesempatan ini aku ingin mengirim pesan dari saudaramu di Gaza. simaklah kondisi kami dan sampaikan kepada siapa saja entah itu orang yang kalian kenal ataupun yang tidak kalian kenal
Situasi yang kami hadapi mengerikan namun iman kami kuat, Alhamdulillah, meskipun kami tidak memiliki air yang memadai dan kalaulah ada, air itu sudah terpolusi dan kami tidak memiliki uang untuk membeli air mineral. Ketika kami memiliki uang maka orang yang menjualnya menyampaikan bahwa terlalu bahaya untuk mereka berjalan keluar dan mendapatkan supply. Kami tidak memiliki gas dan ini sudah berlangsung sejak empat bulan terakhir. Kami hanya bisa memasak sedikit makanan di atas tungku-tungku yang sudah kami siapkan.
Para keluarga laki laki kami telah kehilangan pekerjaannya. mereka menghabiskan keseharian mereka di rumah. Suamiku pergi seharian dari satu tempat ke tempat lain hanya demi mendapatkan (kebutuhan) dasar air. Biasanya dia kembali ke rumah dengan tangan hampa. Tidak ada sekolah, tidak ada bank, dan Rumah sakitpun jarang yang buka. Kami selalu sadar bahwa nyawa kami terancam setiap kali kami keluar rumah.
Mereka (zionis) memberikan jam malam antara pukul 1 hingga 4 sore. Kami bisa keluar dalam keadaan aman untuk mendapatkan supplai, kata mereka. Tapi itu semua bohong! Seringnya jutsru mereka menggunakan kesempatan itu untuk menambah jumlah syuhada dalam daftar mereka.
Kami makan sehari nasi dan sehari roti. Daging dan susu adalah kemewahan. Mereka menggunakan senjata perang kimia di area perbatasan.
Setelah semua ini kami diberitahu bahwa orang-orang di seluruh dunia berdemo. MashaAllah! Fakta bahwa kalian pergi ke kedutaan-kedutaan dan meninggalkan rumah-rumah kalian membuat kami merasa bahwa kami tidak sendiri dalam perjuangan ini.
Tetapi kalian bisa pulang ke rumah dan mengunci rumah kalian. Sedang kami.... Kami tidak bisa melakukan itu. Tiap malam aku harus meninggalkan rumahku yang berada di lantai-lantai dan tinggal bersama saudara perempuanku di lantai dasar. Jika ada serangan maka lebih cepat bagi kami untuk meninggalkan (gedung) dari lantai dasar.
Ya.... Kami lelah, ketika kami mendengar roket dan bom serta melihat pesawat-pesawat yang terbang mendekati gedung, aku menjerit bersama anak laki-lakiku yang masih muda dan suamiku merasa tidak mampu melakukan apa-apa.
Dalam hal ini tidak ada yang bisa menyelamatkan kami selain Allah. Tetapi umat juga bertanya-tanya di mana tentara-tentara kaum muslimin, di mana kemenangan itu?
Jangan lupakan kami karena hanya kalianlah yang kami miliki. Sadaqah baik kalian tidak sampai kepada kami dan ketika mereka membuka perbatasan hanya segelintir orang yang mendapatkan (sumbangan) itu. Tetaplah berjuang di Jalan Allah dan berdoalah agar kemenangan itu segera datang inshaAllah..
Wassalam,
Saudaramu Umm Taqi
Surat dalam Bahasa Inggris:
Asaalam Alykum,
My dear sisters and brothers I wanted to take this opportunity to send you a message from the sisters in Gaza . Please hear our situation and tell everyone that you know and dont know.
Our situation is dire but our eman is strong alhamdulillah, even though we have no water to speak of, and when we do it is polluted and we have no money to buy mineral water. When we find the money those that sell it say that it is too dangerous for them to travel out to get new supplies. We have no gas, and have not had for the last four months. We cook the little food we have on real fires that we have learned to prepare.
Our men have lost all of their jobs. They spend their days at home now. My husband can spend a day just going from place to place just for the basic need of water. He usually returns empty handed. There are no schools, no banks, hardly any hospitals open. You are constantly aware that you risk your life when you go out and when you are indoors. They give us a curfew between 1-4pm. We can go out, they say, in safety to get your supplies, but that is a lie. They have ofetn used that opportnity to add more shuhada to their list.
We eat one day rice and one day bread. Meat and milk are a luxury. They are using chemical warfare in the areas which are on the borders.
All this and we are being told that people demonstrate all over the world. Masha Allah. the fact that you go to embassies and leave your homes makes us feel truely that we are not alone in our struggle.
But you go home at night and lock your door. We cannot do that. I have to leave my home on the second floor every night and stay with my sister on the ground floor. Should there be an attack, it's quicker to leave from the ground floor.
Yes we are tired. When we hear rockets and bombs and see planes that fly too close to our building, I scream with my young son and my husband feels helpless.
In all this there is no one but Allah (swt) that can save us. But the ummah is asking where are the armies, where is the victory. Dont forget us because you are all that we have now. Your kind sadeqat is not reaching us, and when they open borders it only reaches a few. Keep up the work of Allah and pray that th victory will come soon insha Allah.
Ws.
Your sister umm Taqi.
Demikianlah jeritan dari Gaza untuk diketahui oleh umat Islam di berbagai pelosok negeri. Sungguh, siapa pun yang membaca dengan seksama surat dari Gaza di atas, selayaknya merasa malu dan tentunya tersentak. Betapa hari demi hari mereka yang diliputi oleh kesulitan dalam kehidupan dan kebiadaban Israel yang siap di setiap saat. Seperti yang disampaikan dalam surat itu mereka bertanya, di manakah tentara-tentara kaum Muslim?
Ketika mereka mengetahui aksi protes yang dilakukan oleh kaum Muslim di berbagai penjuru dunia yang mendesak para penguasa negara-negara Muslim mengerahkan tentara perang mereka untuk melindungi Gaza, bagi mereka itu adalah harapan baru. Mereka merasa tidak sendiri dan deritanya selalu diingat oleh saudaranya di penjuru dunia tanpa mengenal batas-batas pemisah, nasionalisme.
Sebagai salah satu wujud kepedulian Anda untuk Muslim Gaza, silahkan untuk ikut serta menyebarluaskan surat ini agar kenyataan di Gaza ini diketahui oleh seluruh umat Islam. Sehingga, umat Islam segera bergerak untuk membebaskan Gaza, Palestina dan juga negeri-negeri Muslim lainnya dari penjajahan kekafiran. Dan itu hanya dapat dilakukan jika umat bersatu di bawah kepemimpinan yang tulus, Khilafah Rasyidah. (syabab.com)

Di Bawah Obama, Palestina yang jadi kambing hitamnya

Masyarakat dunia seolah tersihir menyaksikan pelantikan presiden terpilih AS Barack Obama yang berlangsung di Gedung Capitol kemarin.
Dalam sekejap, masyarakat dunia seolah lupa dengan penderitaan yang menimpa rakyat Palestina di Jalur Gaza akibat kebiadaban Zionis Israel, sebuah pemerintahan yang oleh Obama disebut sebagai "sahabat" nya.
Yang menyedihkan lagi, Obama sama sekali tidak menyinggung bencana kemanusiaan yang terjadi di Gaza, apalagi mengecam sahabatnya, Israel. Bagi warga Gaza, Obama bukanlah siapa-siapa. Tak ada yang bisa diharapkan dari sosok presiden seperti Obama.
Khalil al-Attar, seorang pegawai negeri di Gaza mengatakan seperti presiden AS lainnya, Obama tidak akan mengubah kebijakan pro-Israel yang secara historis melekat pada negara AS. Biarbagaimanapun, kata Attar, Obama akan bertindak sejalan dengan kepentingan kelompok yang telah memilihnya, kelompok lobi Yahudi AS.
"Kepentingan-kepentingan itu sesuai dengan kepentingan rakyat Israel ... sedangkan rakyat Palestina, mereka akan selalu menjadi kambing hitam," ujar Attar.
Dukungan penuh Obama pada Israel, sudah ditunjukkannya selama masa kampanye presiden kemarin. Di hadapan AIPAC (American Israel Public Affairs Council), lobi Yahudi yang sangat berpengaruh di AS, Obama menyatakan bahwa Yerusalem akan tetap menjadi ibukota Israel "yang tidak bisa terbagi". Padahal dunia internasional pun tahu bahwa Yerusalem adalah kota Palestina yang dirampas Israel.
Janji Obama untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina, hanya berpijak pada kepentingan Israel saja sementara kepentingan rakyat Palestina diabaikan.
Samih Zouhdi, pegawai bank di Gaza menyatakan tidak percaya Obama akan merealisasikan janji-janjinya. "Politik hanya memahami bahasa kepentingan dan kami (Palestina) tidak mewakili kepentingan AS," ujar Zouhdi.
Leila Khalil, seorang janda yang suaminya menjadi korban keganasan Israel di Jalur Gaza juga mengungkapkan ketidakpeduliannya pada Obama. "Pemimpin Amerika tidak akan bisa mengembalikan milik saya yang hilang, Obama tidak akan mengembalikan suami saya," tukasnya.
"Suami saya menjadi martir. Meninggalkan saya dan enam anak-anak yang harus saya nafkahi. Obama tidak akan mengembalikan rumah kami yang hancur oleh serangan Israel," sambungnya.
Zouhdi membenarkan ucapan Khalil. "Tak seorang pun presiden AS yang akan memberikan kompensasi atas kehilangan yang kami alami, tak akan menghidupkan kembali para martir, tak akan menyembuhkan mereka yang diamputasi atau membangun rumah-rumah kami kembali," tandas Zouhdi.
Leila Khalil menambahkan,"Kami bahkan sudah tidak bisa mengandalkan pimpinan negara-negara Arab, lantas apa yang kami harapkan dari presiden Amerika yang selalu mendukung Israel? Tak seorang pun peduli pada kami."
Pernyataan warga Gaza bisa dimaklumi. Sulit mempercayai perkataan Obama dalam pidatonya yang mengatakan akan membuka jalan baru bagi hubungan dengan dunia Islam berdasarkan saling menghormati dan saling menguntungkan, karena melihat kebiadaban Israel di Gaza saja, Obama tidak berani berkata apa-apa dan berlagak pilon.
(eramuslim.com)

Selasa, 20 Januari 2009

Kerjasama Memuluskan Penghancuran Palestina

Israel dan AS makin memperlihatkan konsprasinya untuk menghancurkan Palestina. Alih-alih menyerukan gencatan senjata, AS dan Israel secara sepihak menandatangani kesepakatan untuk menghentikan penyelundupan senjata ke Gaza yang dituduhkan Israel.Penandantanganan itu dilakukan oleh Menlu Israel Tzipi Livni dan Menlu AS Condoleezza Rice di sebuah acara yang terkesan tergesa-gesa di Washington, pada hari Sabtu atau hari Jumat waktu AS.
Rice mengatakan, kesepakatan itu memuat sejumlah langkah yang akan dilakukan AS dan Israel untuk mencegah masuknya senjata dan bahan-bahan peledak ke Jalur Gaza. Pada kesempatan itu, Rice kembali memberikan dukungan buta pada Israel dengan menyalahkan tembakan-tembakan roket yang dilakukan pejuang Palestina dari Jalur Gaza sebagai pemicu perang Israel ke Gaza.
AS dan Israel mengatakan, kesepakatan itu dilakukan untuk memastikan bahwa Gaza tidak akan pernah lagi dijadikan tempat untuk peluncuran roket-roket ke wilayah Israel dan kedua sekutu itu mengklaim kesepakatan tersebut akan persyaratan penting dari gencatan senjata Hamas-Israel yang sekarang sedang dimediasi Mesir.
Menlu Israel mengatakan, kesepakatan ini nantinya akan melibatkan NATO dan negara-negara Timur Tengah sebagai upaya untuk menghentikan penyelundupan senjata ke wilayah Gaza. Pada kesempatan itu, Livni menuding Iran sebagai pemasok utama senjata ke Gaza dan menyatakan bahwa NATO dan negara-negara kawasan akan melakukan langkah efektif untuk menghentikannya.
AS dan Israel tidak mau menjelaskan secara detil apa isi kesepakatan kedua negara penjajah itu. Mereka buru-buru menandatangani kesepakatan, bersamaan dengan pertemuan negara-negara Arab di Doha dimana dalam pertemuan Doha, wakil Hamas Khalid Misyaal menegaskan tidak akan menerima kesepakatan gencatan senjata jika tidak ada jaminan Israel akan menarik secara penuh pasukannya dari Gaza.
Apa yang dilakukan AS dan Israel makin menunjukkan kolaborasi kedua sekutu itu dalam agresi brutal Israel ke Jalur Gaza untuk memberangus kekuatan-kekuatan di Palestina yang menentang kepentingan AS dan Israel. AS juga makin menunjukkan sikap munafiknya dan AS cuma basa basi menyerukan perdamaian antara Palestina dan Israel.
Di sisi lain, Israel sudah menunjukkan ketidakmampuannya membungkam Hamas selain membunuh warga sipil tak berdosa dalam agresinya ke Jalur Gaza dan Israel lagi-lagi mencari perlindungan dari AS. Sebuah fakta yang begitu kasat mata bahwa kekuatan Zionis Israel dan AS adalah kekuatan yang membahayakan perdamaian dunia.